Rabu, 17 November 2010


PESONA SANG MAWAR

Berkeringat di bawahmu, mentariAda yang terasa gerimis jauh di dalamMeski kehangatanmu meraba lirih jiwakuAku tetap menggigilAku tlah lalai.....Aku tlah khilaf....Syukurku tlah terabaikan

Karna mungkin keindahan adalah suatu kebanggaanDan, kebanggaan adalah bahasa keangkuhanMaka, kau memilih tak kan pernah memilikinya.....bukan?Lalu, kau membiarkan diri lagi tak pernah menjadi indah karna tatapankuKarna indahnya aku menginginkanmu, kini aku tak lagi menginginkanmuAku tlah lalai.....Aku tlah khilaf....Syukurku tlah terabaikan

Kau kilaukan gemerlap mawarmuTetapi kini kau tlah luruhkan kelopak angkuhmu sebelum senjaMeski aku menyentuh sisi ibamu agar kau terlihat menawanKau tetap akan pudar, karna itu takdirmu Aku tlah lalai.....Aku tlah khilaf....Syukurku tlah terabaikan

Tlah kutata segala lelahPada setiap rintihan malamKembali di keheninganTentramkan jiwaku kala peraduan mulai menuaTiada ku mengerti alur langkahkuAku hanya terpaku hingga rebahku menetes

Rabb....Di saat segalanya tenggelamAku hanya mampu memilih tetap menapakiWalau titianku mulai bergetarSejenak kutatap lagiMenanti kepastian-Mu

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda